fbpx

Dalam laporan Global Economic Prospect (Januari 2022), World Bank atau Bank Dunia menyebutkan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 5,2% di tahun 2022. Hal ini tentu merupakan momentum yang baik, mengingat selama tahun 2020 ekonomi Indonesia berada di fase ekonomi yang sulit karena terkena dampak dari pandemi. Di laporan yang sama, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 berada di angka -2,1% dan pada 2021 angka tersebut meningkat 3,7%. Makanya, proyeksi ini pun menjadi angin segar.

Munculnya prediksi ini tentu disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya daya beli masyarakat. Daya beli yang dimaksud adalah kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya, baik dalam bentuk barang maupun jasa.

Di Indonesia sendiri, pertumbuhan ekonomi paling pesat biasanya terjadi di bulan Ramadan. Momen bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri menjadi salah satu faktor pemicu dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang positif. Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia punya masyarakat yang turut aktif menggerakkan roda perekonomian di bulan Ramadan. Konsumsi masyarakat meningkat di segala sektor mulai dari industri pertanian, perdagangan, informasi telekomunikasi, hingga kesehatan.

Kenaikan omzet penjualan yang terjadi menandakan perputaran uang yang cukup besar, sehingga menimbulkan efek domino berupa permintaan konsumen yang meningkat peningkatan produksi yang didorong oleh permintaan konsumen, dan ditambah lagi banyaknya program diskon yang ditawarkan oleh para pelaku usaha.

Salah satu contoh nyata dari penjelasan sebelumnya adalah local fashion brand yang mulai meningkatkan stock atau inventory untuk persiapan momen lebaran demi memenuhi kebutuhan para konsumen, yang sudah dipersiapkan sejak 2-3 bulan sebelumnya.

Adapun kebutuhan dasar untuk peningkatan produksi adalah pendanaan produksi. Selama Ramadan, anggaran produksi untuk kebutuhan momen Lebaran bisa naik 2 kali lipat atau sampai 5 kali lipat dari standar produksi bulan biasa. Oleh karena itu, salah satu amunisi terbaik bagi brand agar bisa bersaing dengan kompetitornya di bulan suci Ramadan adalah dengan memastikan bahwa jumlah stock atau inventory yang dimilikidapat memenuhi tingginya permintaan barang.

Platform peer to peer (P2P) lending di Indonesia, Restock.id, menyediakan solusi bagi UMKM yang mengalami kesulitan dalam meningkatkan usahanya, mulai dari untuk pembiayaan produksi barang dengan collateral stock atau inventory (inventory financing; aset produk atau inventori usaha dijadikan sebagai jaminan untuk mendapatkan pembiayaan dari pemberi dana), hingga membantu pergudangan/warehousing beserta dengan sistem fulfillment-nya.

“Di Indonesia, Restock jadi P2P Lending pertama yang memudahkan pembiayaan UMKM dengan menggunakan aset dan inventori usaha untuk djadikan jaminan pembiayaan. Singkatnya, Restock.id menghubungkan bisnis atau UMKM dengan modal fleksibel,” jelas M. Audi Vialdo (31), Chief Risk Officer (CRO) Restock.id.

Audi JasAudi menambahkan, “Seperti tahun-tahun sebelumnya, UMKM yang di dalamnya termasuk para borrowers Restock.id telah mulai melakukan restock barang sejak akhir tahun sampai menjelang bulan puasa, dan akan lebih booming menjelang Lebaran. Ini merupakan momen yang sangat penting bagi para UMKM yang ingin meningkatkan skala usahanya, dan juga bagi Restock.id dalam menawarkan pendanaan kepada pengusaha yang berpotensi tinggi.” 

Restock.id, seperti dijelaskan CRO lulusan FEB Universitas Indonesia dan Coventry University (Inggris) ini, tidak hanya menjadi partner pendanaan bagi UMKM, tapi juga mengajak mereka untuk tumbuh bersama Restock.id (grow together). 

Sejak awal pandemi, Restock.id melihat besarnya minat masyarakat Indonesia pada fashion, khususnya terhadaplocal brands. Para UMKM yang bergerak di bidang fashion pun berkembang dengan pesat sejak beberapa tahun lalu, contohnya brand sepatu lokal, Brodo, yang juga merupakan partner Restock.id.

“Pengembangan dan produksi barang untuk bulan Ramadan dan lebaran adalah salah satu kunci sukses untuk para brand lokal agar dapat mengakomodir tingginya permintaan konsumen. Restock.id adalah salah satu partner kami yang sudah membantu dan menemani kami untuk dapat memenuhi kebutuhan pendanaan produksi Lebaran tersebut, ” jelas M.Yukka Harlanda, Founder dan CEO Brodo.

Selain perusahaan fashion brand, brand lokal yang juga menjalani kerja sama dengan Restock.id adalah perusahaan dari bidang healthcare (masker, hand sanitizer) yang diproduksi secara massal, juga kerja sama dengan beberapa perusahaan consumer goods (barang kebutuhan sehari-hari). “Sejauh ini kerja sama kami dengan beberapa perusahaan healthcare dan consumer goods sangat lancar. Dan tidak menutup kemungkinan kami menerima borrowers baru di bidang-bidang ini untuk bekerja sama dengan Restock.id,” terang Audi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *